Paket Pelangsing Tianshi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
mengingatkan obesitas adalah penyakit yang perlu diwaspadai dan dicegah
pada orang dewasa, anak dan remaja, karena hal itu mengarah pada
penyakit diabetes, gangguan metabolisme lemak, dan hipertensi.
"Bahkan 25 persen anak dengan obesitas menunjukkan gejala intoleransi glukosa yang berpotensi menderita diabetes di masa datang," kata Ketua 2 Pengurus Pusat IDAI dr. Aman B. Pulungan di Jakarta, Sabtu.
Aman mengatakan obesitas intoleransi glukosa dan hipetensi pada anak sangat terkait dengan peningkatan kematian premature (usia dini).
Obesitas adalah kelebihan berat badan akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan yang terjadi ketika konsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.
"Penyakit tersebut melibatkan beberapa faktor seperti genetik, psikis dan lingkungan seperti perilaku atau pola gaya hidup," tuturnya.
Menurut Aman, angka obesitas pada anak di Indonesia sudah sampai pada angka yang mengerikan. Misalnya, DKI Jakarta mencapai 19,6 persen anak masuk dalam kategori gemuk.
Obesitas meningkatkan risiko pada berbagai penyakit salah satunya diabetes. Dari riset yang dilakukan pada 182 anak dengan obesitas usia 12-15 tahun menunjukkan 3,8 persen mengalami intoleransi glukosa.
Selain itu, 93,9 persen mengarah pada acanthosis nigricans, suatu penanda insulin resistance pada kulit yang berupa kehitaman di bagian tengkuk, ketiak dan tangan.
Riset lain pada 92 anak obesitas usia 12-15 tahun 2012 menunjukkan 8,7 persen mengalami intoleransi glukosa dan 71,7 persen pada acanthosis nigricans.
"Jadi, hasil riset tersebut menyimpulkan bahwa anak yang obesitas memiliki kecenderungan mengalami insulin resistance yang mengarah pada diabetes," ujarnya.
Ia menjelaskan obesitas dapat dicegah dengan melakukan langkah lima, dua, satu, dan nol (5 2 1 0), yaitu konsumsi buah dan sayur lima porsi, jangan duduk lebih dari dua jam, lakukan aktivitas fisik selama satu jam setiap hari, 20 menit kegiatan olahraga minimal tiga kali seminggu, dan batasi konsumsi gula dan lebih banyak air mineral.
"Apalagi 93,6 persen penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun masuk dalam kategori kurang makan buah dan sayur," katanya.
Sementara itu, dokter spesialis gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono, mengatakan untuk mencegah obesitas pada anak perlu memperhatikan jumlah kalori sesuai kebutuhan, jenis makanan dengan memperhatikan komposisi karbohidrat, protein, dan lemak seimbang.
"Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk meningkatkan konsumsi sayur, buah dan biji-bijian atasi asupan kalori dari lemak jenuh menjadi lemak tidak jenuh serta membatasi asupan gula," katanya.
Ia menambahkan, buah dan sayur sangat baik dikonsumsi sebagai salah satu upaya untuk mencegah obesitas, yang mengandung serat larut yang akan membantu penyerapan gula lebih lambat dan menjaga peningkatan kadar gula agar tidak berlebihan.
"Kekurangan asupan buaha dan sayur dapat menyebabkan risiko kematian akibat kanker saluran cerna sebesar 14 persen, risiko kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 11 persen dan kematian akibat stroke sembilan persen," ucapnya.
"Bahkan 25 persen anak dengan obesitas menunjukkan gejala intoleransi glukosa yang berpotensi menderita diabetes di masa datang," kata Ketua 2 Pengurus Pusat IDAI dr. Aman B. Pulungan di Jakarta, Sabtu.
Aman mengatakan obesitas intoleransi glukosa dan hipetensi pada anak sangat terkait dengan peningkatan kematian premature (usia dini).
Obesitas adalah kelebihan berat badan akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan yang terjadi ketika konsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.
"Penyakit tersebut melibatkan beberapa faktor seperti genetik, psikis dan lingkungan seperti perilaku atau pola gaya hidup," tuturnya.
Menurut Aman, angka obesitas pada anak di Indonesia sudah sampai pada angka yang mengerikan. Misalnya, DKI Jakarta mencapai 19,6 persen anak masuk dalam kategori gemuk.
Obesitas meningkatkan risiko pada berbagai penyakit salah satunya diabetes. Dari riset yang dilakukan pada 182 anak dengan obesitas usia 12-15 tahun menunjukkan 3,8 persen mengalami intoleransi glukosa.
Selain itu, 93,9 persen mengarah pada acanthosis nigricans, suatu penanda insulin resistance pada kulit yang berupa kehitaman di bagian tengkuk, ketiak dan tangan.
Riset lain pada 92 anak obesitas usia 12-15 tahun 2012 menunjukkan 8,7 persen mengalami intoleransi glukosa dan 71,7 persen pada acanthosis nigricans.
"Jadi, hasil riset tersebut menyimpulkan bahwa anak yang obesitas memiliki kecenderungan mengalami insulin resistance yang mengarah pada diabetes," ujarnya.
Ia menjelaskan obesitas dapat dicegah dengan melakukan langkah lima, dua, satu, dan nol (5 2 1 0), yaitu konsumsi buah dan sayur lima porsi, jangan duduk lebih dari dua jam, lakukan aktivitas fisik selama satu jam setiap hari, 20 menit kegiatan olahraga minimal tiga kali seminggu, dan batasi konsumsi gula dan lebih banyak air mineral.
"Apalagi 93,6 persen penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun masuk dalam kategori kurang makan buah dan sayur," katanya.
Sementara itu, dokter spesialis gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fiastuti Witjaksono, mengatakan untuk mencegah obesitas pada anak perlu memperhatikan jumlah kalori sesuai kebutuhan, jenis makanan dengan memperhatikan komposisi karbohidrat, protein, dan lemak seimbang.
"Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk meningkatkan konsumsi sayur, buah dan biji-bijian atasi asupan kalori dari lemak jenuh menjadi lemak tidak jenuh serta membatasi asupan gula," katanya.
Ia menambahkan, buah dan sayur sangat baik dikonsumsi sebagai salah satu upaya untuk mencegah obesitas, yang mengandung serat larut yang akan membantu penyerapan gula lebih lambat dan menjaga peningkatan kadar gula agar tidak berlebihan.
"Kekurangan asupan buaha dan sayur dapat menyebabkan risiko kematian akibat kanker saluran cerna sebesar 14 persen, risiko kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 11 persen dan kematian akibat stroke sembilan persen," ucapnya.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,
sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan
pria.
Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah
sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak
tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap
mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai
tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
- Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
- Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
- Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun,
tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak
tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun
lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti
buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut,
sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut
bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak
seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih
mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan
obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir
lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.
Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara
untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau
seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul.
Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur
pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran
pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran
pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita
dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio
pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.
Paket suplemen TIENS untuk Pelangsing terdiri dari:
Chitin Chitosan Capsules (Isi: 100 kapsul/botol) Dosis : 3 x 2 kapsul/hari, diminum sesudah makan Fungsi : Sebagai serat alami untuk mengikat lemak dan toksin. Harga : Rp354,000 | |
Jiang Zhi Tea (Isi: 40 bungkus/kotak) Dosis : 3 x 2 bungkus/hari, diseduh dgn air panas dan diminum sesudah makan Fungsi : Meningkatkan metabolisme tubuh. Harga : Rp100,000 |